Robot Berhati?
Robot berhati?
Ini tentang apa yang aku rasakan. Tidak peduli seberapa buruk hariku, seberapa berat bebanku, seberapa hancur perasaanku, aku hanya boleh tersenyum untuk bisa diterima dan dianggap normal.
Aku harus pawai berakting jika tidak ingin dianggap aneh.
Orang tidak mau tahu bahwa jiwaku sedang tersiksa, sekarat atau bahkan mati. Yang mereka mau, ragaku harus ceria. Display-ku harus positive vibes. Orang tidak mau tahu. Tidak ingin repot-repot mengurusi bahkan sekedar menengok untuk memastikan. Yang mereka mau, aku harus selalu baik-baik saja dalam sekali lihat.
Sejujurnya aku pun tipekal yang demikian. Sama saja.
Kita semua robot berhati.
Kita di jejali banyak perasaan. Hampir seperti komplikasi, tumpang tindih, campur aduk. Aturanya, tidak ada yang peduli dengan perasaanmu, output-mu harus tampak berseri, tampak kuat dan berani.
Kita semua robot berhati yang kadang sakit hingga lumpuh, tapi juga kita iritasi dengan mereka yang cacat dan sekarat.
Kita semua adalah robot berhati.
Terus begitu, berputar, mengulang, bergantian.
Bisa jadi hari ini akulah yang iritasi pada mereka yang emosional. Lain kali, mungkin giliran orang lain yang iritasi melihatku demikian.
Hidup memang kadang serba salah. Terlalu emosional, kita akan dianggap aneh. Terlalu datar, kita akan dianggap kejam. Sejatinya hidup memang tentang menahan diri. Terlalu peduli, kita bisa dimanfaatkan. Terlalu cuek, kita dianggap tidak berperasaan.
Kembali lagi, kita semua adalah robot berhati.
Comments
Post a Comment