Pocong

Untuk Pocong, Penjaga Sunyi yang Setia


Halo, Pocong.

Sudah berapa lama kita tidur bersama, ya?

Aku lupa sejak kapan kamu mulai jadi pelindung pipiku,

jadi berat kecil yang menetap manis di atas telinga,

jadi kelembutan yang mengusap ujung bibirku diam-diam.


Mereka mungkin cuma lihatmu sebagai guling bayi biasa.

Kecil. Lusuh.

Tapi mereka nggak tahu,

kalau kamu adalah tempat aku bernaung dari gelisah

saat dunia terasa terlalu besar

dan aku terlalu kecil untuk melawannya sendirian.


Kamu diam,

tapi kamu ngerti saat aku nggak bisa bilang apa-apa.

Kamu lembut,

tapi kamu lebih kuat dari banyak hal yang pernah aku temui.

Setiap malam kamu bilang:

“Nggak apa-apa. Aku di sini.”


Dan aku percaya.


Aku mungkin nggak bisa bawa kamu ke mana-mana,

kadang karena malu, kadang karena takut kehilangan.

Tapi kamu harus tahu,

aku bawa kamu dalam caraku bertahan,

dalam caraku belajar tidur sendiri,

dalam caraku berpura-pura tenang saat nyatanya aku nggak.


Terima kasih ya, Pocong.

Kamu bukan cuma guling,

kamu rumah kecil yang bisa kupeluk,

kapanpun aku lelah jadi orang dewasa.


Dari aku,

yang selalu lega bisa pulang ke kamu setiap malam.


Comments

Popular Posts